Roti dan Es Teh

Mungkin inilah mediasi paling seru sepanjang saya menjadi dosen tamu khususnya di FISIP UNS. Saya masih harus melawan kantuk apalagi di tengah kondisi fisik yang tidak fit ketika tiba di kampus sekitar pukul 08.00 WIB. Panitia Mediasi FISIP angkatan 2011 meminta saya untuk berbagi pengalaman perihal manfaat sosial media di lingkup kehumasan.

Saya menyebut kegiatan yang diselenggarakan sebagai cara untuk menyambut mahasiswa baru ini seru lantaran interaksi dan suasananya sungguh menyenangkan. Cair, interaktif serta hangat. Nyaris tak ada  jarak antar peserta dengan panitia maupun dengan saya yang notabene diberi sandangan atribut dosen.

Pagi itu saya melihat mahasiswa ada yang membawa gitar. Tanpa pikir panjang saya melakukan meminta agar si mahasiswa itu tersebut memainkan gitarnya . Dia memainkan sebuah lagu yang di telinga saya asing sekali tetapi renyah dan menyegarkan. Lagu itu menjadi semacam pengantar diskusi yang kemudian juga berlangsung hangat.

Di tengah adu argumen saat sesi diskusi, iseng saya menanyakan ke mahasiswa yang memainkan lagu tersebut. Apa judulnya? Tak disangka, dia menjawab dengan enteng judul lagunya adalah “Roti dan Es Teh”. Tentu saja jawaban itu membuat penasaran, lagu kok judulnya kayak pesanan jajanan di kantin? “Biar nggak seret,” jawabnya seperti tanpa beban yang kemudian disambut tepuk tangan meriah kawan-kawannya.

Lagu “Roti dan Es Teh” memberi pesan bagi saya secara pribadi bahwa seseorang itu mesti membangun keseimbangan  hidup . Kesibukan yang sering kali menyita waktu dan perhatian kita untuk diri sendiri tidak jarang membuat kita seperti asing dengan diri sendiri. Bahkan terkadang kita kesulitan mengenali siapa diri kita. Karena apa? Karena kita tidak menyisakan waktu waktu untuk merenung dan membaca batin kita. Apalagi untuk mendengarkan suara hati terdalam. Kita terjebak dalam gemuruh keinginan dan ambisi. .. Berlari mengejar tanpa pernah ingin terhenti. . Kenapa tak berhenti sejenak, mundur mengatur langkah untuk berlari lebih kencang ?

Sesampai di rumah selepas acara itu, saya berusaha untuk melakukan perenungan. Hari itu Tuhan mengingatkan saya melalui “Roti dan Es Teh”. Dan saya membaca sinyal-sinyal itu. Terima kasih adik adik mahasiswa telah mengundang saya untuk berbagi dan membuat saya kembali untuk melihat diri ini kembali. ***



4 Komentar pada “Roti dan Es Teh”

  1. Kinanti Handayani  berkata:

    sore bu retno…tetep semangat ya….

    kinanti handayani_FISIP MA B 2010

  2. zamrey  berkata:

    Quote:
    Bahkan terkadang kita kesulitan mengenali siapa diri kita. Karena apa? Karena kita tidak menyisakan waktu waktu untuk merenung dan membaca batin kita. Apalagi untuk mendengarkan suara hati terdalam. Kita terjebak dalam gemuruh keinginan dan ambisi. .. Berlari mengejar tanpa pernah ingin terhenti. . Kenapa tak berhenti sejenak, mundur mengatur langkah untuk berlari lebih kencang ?

    -Suka dengan kata2 ini, karena terkadang /eh sering deh saya juga seperti itu…dan jika terlampau jauh bisa sampai frustasi, stress, banting piring, banting gelas, banting mangkok, mau banting laptop juga tapi gak jadi 9″coz, itu laptop temen “),,hhe…

    sangat menginspirasi,,,
    salam kenal bu.dosen…
    kalo berkenan mampir ke blog saya juga ya,,

    zamrinata.wordpress.com

    zamrey,
    Mechanical Engineering Education Student UNS, Smt.7

  3. Semangat untuk hidup yang lebih baik..
    Bersyukur atas apa yang kita dapat,,
    Ganbatte ^.^

  4. Hasan  berkata:

    Semngat bu untuk masa depan yang lebih baik..

    jangan lupa mampir di blog saya http://hasanshodiq.blogspot.com/2011/12/menganalisis-social-media-perusahaan.html

Beri Komentar