Kado untuk Sruti

“Dari mana aku mendapat pelipur penguat hati? Ialah dengan sedikitdikitnya memikirkan diriku sendiri, dan sebanyakbanyaknya dan terutama sekali kepada orang lain “. (RA Kartini)

Siang itu udara cerah,  hembusan angin  sejuk menerpa paras ayu (dan ganteng) sekumpulan praktisi publik relations di Panti Wreda Dharma Bakti Solo. Sedikit tak biasa dengan busana yang dikenakan para humas perusahaan kala itu. Mereka tak memakai busana kerja yang formal melainkan busana nasional yang anggun, tak terkecuali humas pria.

Suasananya hangat. Gela canda dan kebahagian terpendar se antero ruangan aula. Ada yang membuat ledekan dan dibalas dengan ledekan. Cara bercanda kami untuk saling memberikan semangat. Bukan saja kepada kami yang tergabung dalam ProSolo, yang tengah memperingati Hari Kartini, tetapi juga kepada yang hadir di sana.

Hari itu, Kamis 28 April 2011. Kami semua berkumpul di Panti Wreda Dharma Bakti . Di depan kami,  terlihat wajah-wajah sepuh yang tampak kesepian. Mereka adalah penghuni panti. Di wajahnya terlihat sebuah keinginan untuk menjabat hati kami. Kami, ProSolo, memang ingin berbuat sesuatu pada mereka. Kami menyediakan layanan pemeriksaan kesehatan gratis kepada 98 orang-orang tua ini.

Setiap bulan, ProSolo selalu membuat kegiatan berkumpul bareng untuk sekadar berbagi.  Berbagi dalam arti sebenarnya, tak hanya dengan sesama praktisi humas, tetapi dengan siapapun. Biasanya, yang kami lakukan adalah diskusi tetapi kali ini kami memiliki aksi sosial.

Momentum peringatan Hari Kartini menginspirasi kami untuk melakukan sesuatu. Tidak hanya dengan penghuni panti jompo, tetapi juga dengan seorang perempuan muda yang menurut kami juga memberi inspirasi bagi kami. Kami memberikan “kado” pada seorang “putri masa kini”, bernama  Sruti Respati.

Dia adalah seorang pesinden muda asal Kota Solo. Dalam pandangan kami, Sruti adalah seorang perempuan muda yang sukses membangun citra diri dan citra profesinya. Sruti, perempuan biasa tetapi telah menorehkan karyanya yang luar biasa dalam  bingkai kesahajaan.

Sruti melalang buana dengan suaranya sebagai seorang pesinden. Tetapi dia tak terpengaruh dengan kegemerlapan dunia modern. Begitu dia menamatkan pendidikannya di  jurusan Sastra Jawa UNS, Sruti mengabdikan menjadi seorang pengajar Bahasa Jawa di salah sebuah sekolah menengah di Solo. Sesuatu yang terasa langka bagi seorang pesinden mumpuni dan memiliki potensi menjadi artis.

Sruti merasa bangga menjadi pesinden. Pilihannya untuk setia nguringuri budayanya patut diacungi jempol tatkala generasi seusianya masih gelisah mencari jati dirinya.  Tak berlebihan kalau kemudian ProSolo memberikan apresiasi atas kiprah Sruti dengan menobatkan sebagai Perempuan Inspiratif 2011.

Sruti dengan asset besarnya sebagai seorang pesinden merupakan role model bagi generasinya.  RA Kartini pasti bangga dengan Putri Solo ini karena dita-citanya dulu agar kaum perempuan maju menjadi kenyataan. Dan simak apa yang disampaikan Sruti saat kami memberinya “kado” itu. “Untuk mencari ruang aktualisasi kita tak perlu menjadi orang lain, jadilah dirimu sendiri “

Selamat buat Sruti Respati. Selamat Hari Kartini  !



6 Komentar pada “Kado untuk Sruti”

  1. Cemplon  berkata:

    Nice….., Nice post.

    Terimakasih telah berbagi.

    Salam

  2. erfan_f D1510026_MA.B  berkata:

    Salut untuk ProSolo yang selalu peduli terhadap sesama..

    untuk mba Sruti Respati, wow.. ternyata masih ada juga yang masih setia menjadi pesinden,
    padahal kalo mau, mungkin mba Surti bisa menjadi artis ibukota.
    contohnya kayak artis Soimah yang juga memiliki background seorang pesinden tapi bisa terkenal bahkan di luar negri juga..

    tapi seperti kata mba Surti “Untuk mencari ruang aktualisasi kita tak perlu menjadi orang lain, jadilah dirimu sendiri“

    saya suka sekali kata2 ini

    haha 🙂

  3. Dwika Kartika Sari_MA A_D1510025  berkata:

    pertama kali memlihat blog Ibu Retno saya langsung tertarik dengan judul Kado Untuk Sruti dan ada tulisa RA Kartini karena sama dengan kelahiran saya yang dikenal dengan Hari Kartini, hehe.
    membaca sampai selesai, dan bermakna sekali.
    diadakannya kunjungan ke panti wreda, adalah wujud sosial kepada orang-orang tua yang sudah sepuh. sangat menyentuh hati saya, jadi teringat saya kepada nenek saya dan orang tua saya. mereka pasti ingin sekali di masa tuanya dirawat oleh anak-anaknya dan juga berkumpul dengan keluarganya beserta cucunya.

    dan juga kisah Sruti yang menjadi pesinden dan merasa bangga sebagai pesinden. dimasa yang modern saat ini Sruti tetap setia dengan budaya jawi. itu sangat bagus sekali, karena jaman sekarang yang serba modern masih ada sosok Sruti yang nguri-uri budaya jawi,, top banget deeh…
    dan diakhir ada kalimat “Untuk mencari ruang aktualisasi kita tak perlu menjadi orang lain, jadilah dirimu sendiri”
    suka banget 🙂

  4. Nur Duwi Cahyowati_MA_A_D1510061  berkata:

    Saat ni,….
    kt smua tau kbudayaan trdisional tdak mnjadi ” tuan” drumah_ny sndiri. Dan jg smakin dtinggalkan & d’jauhi oleh klangan kaum muda.Sy sndiri_pun mrasa “buta” dg kbudayaan trdisional. krn,… jujur saja sy tdk bgitu mnyukai kbudayaan trdisional.

    stelah mmbaca blog mbk dewi, sy kagum trnyata msh da kaum muda yg sngat mnghargai & mncintai kbudayaan tradisional, khususnya budya trdisional jawa.
    kt smua hrus bangga trhdap sosok kaum muda trsebut. dia mngabdikan drin_nya tuk mnjdi pesinden & mnjadi seorang pnagajar Bahasa Jawa. orang tu brnama Surti Respati.

    mk dr tu sy mngjak sluruh kaum muda tuk mngacungkan 4 jmpol kt (trmasuk jmpol kaki) untuk seorang Surti Respati. km banga krn kau tlah mngangkat citra kaum muda.
    “pkoke the best lah…..”

  5. sungguh takjub dengan kecintaan Surti dengan budaya Indonesia, di era perkembangan jaman yang sudah didominasi dengan beragam budaya dari luar, Surti masih kekeh dengan budaya pesinden yang kental dengan adat jawa itu, sebutan anak gaul sekarang sih … Jawir gilaaak 😀
    tak ada rasa enggan untuk selalu membudayakan kesenian negara kita ini, dan justru dengan sikapnya ini dia menjadi salah satu wanita muda yang berjasa untuk negara ini
    Surti, wanita muda yang pantas untuk dicontoh mbak 🙂
    dan satu hal lagi, saya salut dengan adanya kegiatan seperti ini, patut untuk diteladani, dan bisa dijadikan referensi kegiatan
    so nice … 😉

  6. KETRIEN RINA_MAB_D1510040  berkata:

    wah ternyata masih ada generasi muda yang melestarikan dan mengembangkan budaya daerah terutama budaya jawa ditengah maraknya musik-musik ataupun seni yang modern…. sruti memang hebat dan patut dibanggakan……. mudah-mudahan dengan perjuangan sruti budaya jawa dapat dikenal oleh Dunia

    thumb up for “Sruti”…….

Beri Komentar