//Harum kemuning membangkitkan gairah cinta asmara bagi hidupku/Bila kuingat kepadamu hatiku akan selalu jatuh hati ….//
Saya tak tahu lagu ini ciptaan siapa dan siapa pula yang mempopulerkan. Saya hanya tahu lagu ini sering kami mainkan. Bersama almarhum bapak, lagu itu terasa syahdu dengan iringan petikan gitar. Biasanya almarhum memetikan gitar dan saya yang menyanyi.
Selanjutnya, bapak seperti punya alasan untuk bercerita mengenai masa kecilnya di Desa Kemuning. Ya Desa Kemuning, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, sebuah desa di kaki Gunung Lawu yang sejuk dengan pemandangan perkebunan teh yang eksoktik.
Di luar cerita almarhum, Kemuning memang tempat yang mengesankan bagi siapapun. Apalagi bagi saya, Kemuning adalah tempat yang tak akan mungkin terhapus dari ingatan. Di sana ada sebongkah cita-cita yang meski tak jua tercapai namun saya ingin menggapainya. Cita-cita yang hanya saya dan Tuhan saja yang tahu.
Minggu lalu, saya mengunjungi Kemuning dengan keluarga. Udaranya yang masih tetap sejuk menjadi semacam detoksifikasi karena berhasil mengeluarkan racun dalam jiwa. Saya merasa seperti dilahirkan kembali sepulangnya dari Kemuning. Saya disadarkan lagi bahwa masih ada cita-cita yg belum teraih. Dan yang terpenting saya diingatkan saya memiliki kewajiban yang perlu segera dilakukan, yakni kewajiban untuk bersyukur..
Kemuning yang cantik itu juga memunculkan hasrat untuk kembali bercanda dengan hidup. Kemuning seperti merangsangku untuk merasuki geloranya dan memahami isyarat-isyarat alam dengan bijak. Kemuning mengingatkan padaku, hidup tak selamanya harus serius, apalagi sampai kehilangan romantisme. Karena bila itu terjadi, maka sesungguhnya anya akan mengeringkan dan mengasingkan jiwa.
Kemuning adalah janji diri. Tak akan diingkari untuk segala yang telah terpatri, meski perih ataupun sepi. Sungguh hidup mesti disyukuri serta dinikmati. Dan janji adalah ikwal yang mesti ditepati. (***)
wah perjalanan indah dipadu cerita yang menghangatkan hati
Itu yang dekat dengan Candi Cetho apa bukan ya? Saya pernah sekali ke sana.
Warnamu abadi ……………
Ciptaan Illahi …………..
…. by.. A. Riyanto …..
lewat rumah saya itu buk ,,, 🙂
boleh kok mampir ,,, next yah ,,, 🙂
bagus banged pemandangannya…..
Sugeng Siang, Kebon teh ingkang wonten gambar panjenengan meniko biyenipun ingkang ngasta eyang kula kekalih, Sastro Martono lan Wirya Warsita. Panjenengan trahipun sinten. Nyuwun gunging pangaksami, mbokmenawi nalika semanten kulawarga tepang. Nuwun
Theodorus Bambang A.Hadi ( 1964 )