Bukti bahwa profesi PR belum populer di banyak kalangan kembali saya rasakan ketika saya menjadi pembicara dalam gathering yang diadakan oleh sebuah perusahaan pada hari Sabtu (6/3/2010) ini. Dari 50 peserta yang hadir tak satupun tahu apa yang dimaksud dengan public relations dan apa yang dikerjakan oleh profesi ini. Bahkan ada salah peserta menyampaikan pemahaman yang menurut saya cukup menggelikan tentang PR. Menurutnya, PR itu adalah orang (perempuan) yang bekerja menemani tamu di sebuah night club .
Masya Allah. Ternyata pemahaman mengenai profesi PR telah dipersepsikan hanya sebatas escort girl. PR sudah di-salahkaprah-kan sebagai perempuan yang bertugas menemani tamu belaka. Di night club memang escort girl yang biasa dipanggil dengan sebutan PR. Escort girl ini tidak hanya sekedar menemani tamu, tetapi juga diharapkan mampu meningkatkan penjualan minuman (keras) sebuah club malam.
Saya kemudian teringat pengalaman lain. Pada tahun 2000 ketika pertama kali saya berkecimpung di bidang ini, saya pernah menemukan iklan lowongan sebuah klub malam yang membutuhkan seorang “PR”. Iklan ini dimuat di sebuah harian lokal tetapi belakangan ini saya sudah tidak menemukan lagi iklan lowongan semacam ini. Konon karena ada teguran dari organisasi profesi Publik Relation terhadap perusahaan yang memasang iklan lowongan “PR” tersebut. .
Dari beberapa pengalaman itu, terlihat ada suatu fakta bahwa masyarakat ternyata belum memahami benar definisi PR. Bagaimana tugas dan pekerjaannya diketahui bila pengertian PR saja masih banyak yang belum mengerti? Memang secara profesi, pengertian PR masih harus berjuang untuk dapat dipahami oleh berbagai pihak. PR belum seberuntung marketing yang dikenal dengan benderang sebagai bagian dari divisi penjual.
Hal itu merupakan tantangan bagi praktisi PR dan tentu saja organisasi profesi ini untuk saling bahu membahu melakukan sosialiasi profesi ini kepada masyarakat. Praktisi PR tidak boleh hanya sibuk mem-PR- kan perusahaaan yang diwakilinya tetapi lupa mengkampanyekan profesi-nya yang masih banyak disalah artikan . Dengan pemahaman yang benar tentang PR tentu akan memudahkan seorang public relations untuk bekerja. Tidak akan ada lagi cerita seorang PR yang mendapati senyum nakal atau kerlingan mata menggoda dari kenalan baru ketika menyodorkan kartu nama sembari mengucap ”Oh Mbak nya PR tho ? kerjaan PR ngapain aja sih … ” lol
hmmm mbk retno…temenku ada juga lho yg beranggapan spt itu…krn dia srg ngband di sebuah nightclub….ak smpat beradu argumen ma dia…jengkel juga sih klu profesi bergengsi kyk PR yang sejatinya tugas yang bnr mulia disalah artikan kyk gitu….hmmm tulisannya mbk retno nanti bakal ak sosialisasikan ke tmn2 aku dech….Good Luck…^_^
about a minute ago ·
mbak nita, beda tafsir tersebut wajar adanya, menjadi tugas kita selaku praktisi pr untuk melakukan sosialisasi dan juga edukasi kepada publik tentang peran dan fungsi dari PR yang sesungguhnya. Mnurutku ini justru tantangan yg menarik hehe
pemahaman orang tidaklah sama, itu tergantung dengan tingkat pendidikan dan pengalaman masing-masing. Bagi orang yang berpengalaman luas memang sudah bisa diajak lebih luas untuk memahami PR. Tapi jika kita masih dihadapkan pada masyarakat konservatif temannya primitif mereka tahunya PR pekerjaan rumah yang ditugaskan guru..wukakak
boleh kok, sah sah aja kok he he
….sebenarnya bukan cuma ketidak samaan pemahaman ataupun persepsi saja.
Pada masa ini, masyarakat kita hidup dalam berbagai plot yang sudah disediakan oleh produsen2 yang mengatas namakan kepentingan pemasaran.
Tidak bisa dipungkiri memang. Dewasa ini seluruh pelosok dunia, manusia dihadapkan kepada berbagai jargon, pameo, guyonan atau bahkan persepsi yang diselewengkan baik secara sadar ataupun tak sadar demi kepentingan tersebut.
Sementara kita hidup di Indonesia.
Dahulu, hiburan malam entah apapun itu tercitrakan kuat di alam bawah sadar orang kita sebagai tempat yang cenderung miring, bahkan dengan gampang terasosiasikan dengan kejahatan dan murahan.
Film – film di era 70an dan 80an yang masih kuat didominasi kultur2 ketimuran memperlihatkan betapa dunia malam tergambarkan sebagai tempat para tokoh antagonis mencari kesenangan. Terkadang digambarkan apabila terdapat wanita atau pria yang merupakan salah satu tokoh “the good guys” terkondisi masuk ke sana, maka ia berada dalam keadaan dibuat mabok kemudian diperkosa ataupun sedang melacak para penjahat.
Dunia malam identik dengan hal perilaku negatif dan murahan pada masa itu. Meski tak ada makanan, minuman, atau bahkan rokok berharga murah di sana.
Sebenarnya bukan uang indikatornya, tetapi perilaku dan norma – normanya yang telah dianggap murahan oleh masyarakat Indonesia pada waktu itu.
Dengan sendirinya, terjadi pembelajaran.
Terjadi pemikiran di kalangan para pemilik bisnis tersebut untuk merubah paradigma di masyarakat.
Bisnis harus jalan bung !!
Mungkin tidak bisa serta merta dikatakan sebagai inovasi, tetapi lebih condong dikatakan sebagai evolusi.
Salah satunya adalah dengan meng “upgrade” bahasa2 yang dipergunakan.
Tujuannya apa ?
Agar lebih menjangkau kalangan atas. Yaitu manusia2 yg tanpa pikir panjang bersedia menghabiskan uang setara gaji pegawai negri dalam waktu semalam untuk kesenangan semata.
Dalam evolusi lebih panjang lagi, para kalangan menengah ke bawah juga terkontaminasi karena pandangan mereka yang menganggap gaya hidup tersebut adalah gaya hidup menengah ke atas.
Jadi beberapa eksekutif muda yang dulunya “nothing”, akhirnya begitu ia merasa memiliki sedikit uang dari penghasilannya sendiri ingin mencoba merasakan gaya hidup tersebut. Hingga muncul istilah NAKAL TELAT….
Dan akhirnnya, pada saat ini, terjadilah “peristiwa” tersebut… hehe ….
Penutup dari komentar ini, ….
Once again, we’d have to thank’s to …. the great marketing itself..
Sebenarnya,, hal ini tidak terlepas dari peran besar ilmu marketing itu sendiri,…
Terjadi tanpa ataupun mungkin bahkan dengan kesengajaan para pelaku bisnis tersebut atas nama kepentingan semata.
Seperti halnya iklan baris di koran yang menuliskan DIBUTUHKAN EXECUTIVE MARKETING …. padahal mereka sebenarnya hanya mencari tenaga SALES. ….