Kisah tentang perempuan hebat selalu menarik untuk disimak, bukan hanya untuk memacu inspirasi tapi juga menggenapi referensi diri. Tak terkecuali dengan cerita tentang Gayatri Rajapatni seorang perempuan dibalik kejayaan kerajaan Majapahit.
Adalah Earl Drake mantan Duta Besar Kanada untuk Indonesia yang mengabadikannya dalam sebuah buku berjudul Gayatri Rajapatni. Earl Drake juga seorang sejarawan, tak hanya menemukan sosok perempuan terbesar dalam sejarah nusantara. Kisah Gayatri Rajapatni nyaris tak lagi dikenal karena namanya tenggelam diantara para pelaku sejarah laki laki pada jamannya. Earl Drake mampu menghadirkan periode terbesar dalam sejarah masa silam kepulauan ini lengkap dengan segala intrik dan percaturan politiknya.
Imperium Majapahit pada abad 13 dan 14 melahirkan Gajah Mada sebagai mahapatih dan Tribhuwana sebagai raja perempuan yang masyur. Dalam kitab Nagarakartagama, bab 48 tertulis ” Adalah watak Rajapatni Gayatri yang agung, sehingga mereka menjelma pemimpin besar sedunia, yang tiada tandingannya. Putri, menantu dan cucunya menjadi raja dan ratu. Dialah yang menjadikan mereka penguasa dan mengawasi semua tindak tanduk mereka ”
Gayatri merupakan putri bungsu Kratanagara raja agung dari Singhasari. Estri Raden Wijaya, Ibu Tribhuwana dan eyang dari raja Hayam Wuruk. Meski tak tercatat sebagai raja peran Gayatri dalam periode tersebut menunjukkan peran perempuan hebat yang mendorong terciptanya peninggalan Majapahit secara kultural maupun politis. Bukti visual berupa patung dirinya yang indah dengan rupa yang jauh dari patung patung peringatan yang biasa dibuat membuktikan bahwa Gayatri sosok luar biasa yang mengilhami revolusi atas kaidah kaidah kesenian pada masanya.
Buku ini berhasil membuka kembali wawasan kita tentang kiprah perempuan Indonesia 700 tahun silam. Sejarah membawa kita pada kebijaksanaan. Buku ini juga membantu membangkitkan ketertarikan atas Gayatri perempuan pemimpin yang berani dan bijak, yang meningkatkan pemahaman keagamaan lintas iman, memdorong perkembangan kesenian, dan merintis sebuah peranan yang lebih bermakna bagi perempuan.
Semoga Gayatri pahlawan perempuan yang cerdas ini tak menjadi sosok asing bagi bangsanya sendiri. Berharap semua pemimpin perempuan akan membaca buku ini, agar dia mewarisi kecerdasan, kerendahan hati dan kebijaksanaan sang putri.
Menyebut nama Habibie menghadirkan beragam tanya dalam hati saya.Tak hanya booming film Habibie Ainun yang dipuja jutaan penontonnya, rasa penasaran juga menyeruak didada. Generasi angkatan saya pasti lekat dengan jabatan menristek yang dulu pernah beliau emban. Pak Habibie dengan pesawat CN 235 nya dengan IPTN dan dengan kebijakan politiknya yg kontraversial adalah sosok penting di negeri ini.
Mantan Presiden Indonesia ini sudah terlihat sepuh ketika saya bertemu untuk menyambut beliau Jumat 29 Maret 13 lalu di lobby The Sunan Hotel Solo. Ucapan Selamat datang dan sambutan yang kami berikan direspon beliau dengan senyum tulus dan sikap yang sangat bersahabat. Pak Habibie memilih air putih hangat sebagai pengganti beras kencur untuk minuman selamat datang yang kami sajikan.
Paginya pak Habibie memberikan petuah petuah dalam talkshow ” Mendidik dengan hati ‘ yang diselenggarakan oleh yayasan Al Firdaus. Ribuan pengunjung hadir di grandballroom The Sunan Hotel Solo.Rangkaian acara yang padat dan alasan kesehatan membuat beliau batal menghadiri jumpa pers yang telah dijadwalkan. Namun demikian saya merasa beruntung bisa bertemu dan menyambut beliau secara langsung. Pak Habibie bahkan memberikan apresiasi atas pelayanan yang kami berikan selama 3 hari menginap.
Kehadiran Pak Habibie melengkapi perjalanan karier saya sebagai praktisi public relations, Tuhan memberi kesempatan saya untuk bertemu dan melayani Ibu Megawati, Mantan Presiden Abdurrahman Wahid dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Bagaimana dengan pak Harto ? Khusus untuk Pak Harto saya terpilih sebagai barisan Bhineka Tunggal Ika ketika duduk di bangku SMA, dan ketiban sampur untuk menyambut beliau sewaktu acara pekan olahraga anak cacat sedunia yang diselenggarakan di kota Solo. Lengkap bukan ? Sementara Bung Karno presiden pertama Republik Indonesia, beliau akan selalu menjadi bapak ideologis, meski tak pernah bertemu namun ajarannya melekat dalam darah saya..
Salah satu destinasi wajib untuk kunjungan ke negeri Singa adalah Singapore Art Museum. museum yang beralamat di 71 Brass Basah Road Singapura ini buka setiap hari Senin – Minggu mulai pukul 10.00 waktu setempat. Dengan tiket masuk 10 SGD kita sudah bisa menikmati seluruh koleksi di bangunan berlantai 3 ini. Yang mengesankan bagi saya adalah seorang pemandu museum bernama Weny. Perempuan muda ini bekerja sebagai volunteer dan masih duduk di bangku kuliah. Sikapnya yang ramah dan caranya memberikan informasi membuat saya merasa nyaman dan tak bosan. awalnya bangunan di museum ini adalah sekolah baru pada tahun 1966 berubah menjadi museum .Saya juga merasa takjub dari seluruh rombongan pengunjung ternyata separonya berasal dari Indonesia. Berasa di negeri sendiri …
Sebenernya kedatangan ke Museum ini diawali dengan cerita sahabat saya Inten putri dari pelukis kenamaan Djoko Pekik. Konon salah satu lukisan pak Pekik pernah dibeli oleh museum ini. Kami ingin melihat koleksi beliau apakah masih terpajang,namun dari info yang diberikan sebuah lukisan akan dipasang secara bergantian sehingga kami tak bisa menikmati lukisan beliau dalam display. Seru nya 80 persen dari koleksi museum berasal dari luar Singapura. Saya bahkan sempat bercanda Singapura yang maju secara ekonomi ini ternyata miskin karya dari senimannya. Bagai bangsa yang gelisah mencari peradaban dan asal usulnya.
Sebagai orang awan saya melihat, Singapore Art Museum ini ditangani dengan manajemen museum yang modern, baik dari sisi informasi , program dan koleksi seni kontemporer yang dimiliki. Saya sungguh terkesan dengan karya dari taiwan yang diberi judul ‘Multimedia Instalation’ dimana karya tersebut bercerita tentang perkembangan gadget dari masa ke masa. Karya lainnya yang menarik berasal dari seniman Pakistan Aisha Kalid yang bertema appear as you are be as you appear. Selama satu jam berkeliling di Singapore Art Museum membuat saya tergugah untuk menumbuhkan minat anak muda untuk mencintai museum . di Indonesia saya suka museum Ullen Sentalu bagaimana dengan Anda?