Dua minggu ini pikiranku diganggu dengan keinginan. Tak biasanya aku digoda hasrat bertubi tubi seperti ini. Bayangan dan keinginan menguasai pikiran setiap saat. Dia hadir pada saat briefing pagi di kantor sampai ketika badan rebah di kasur saat tertidur. Sebuah rumah dengan gamelan itulah judul keinginan itu. Menjadi tidak realistis , mengingat rumah yang kutinggali tak cukup untuk menaruh seperangkat gamelan. Belum juga harga gamelan yang tak mau berdamai dengan isi kantong. Ehmmm rasanya asa akan tergantung di pohon kelapa. .. (mringis)
Rumah dengan gamelan menggugah kenangan semasa kuliah dulu. Setiap sore dirumah sahabatku tepatnya di ndalem Wuryoningratan ,gamelan tersebut dimainkan oleh ibu ibu kampung setiap sore. Alunan gending jawa terlantun menyejukkan hati menjaga harmoni. Selanjutnya rumah dengan gamelan aku temukan di rumah pelukis kondang Joko Pekik. Bahkan gamelan gamelan tersebut secara khusus diberi nama yang unik. Sama dengan di Ndalem Wuryoningratan dulu, gamelan juga dimainkan oleh penduduk sekitarnya. Guyub rukun dan terlihat sangat komunal. Aku melihat rumah yang ‘ lebih ‘berjiwa’
Meski aku menyukai rumah dengan gamelan bukan berarti aku juga demen dengan rumah Jawa berarsitektur Joglo, untuk bentuk rumah aku lebih suka dengan model arsitektur kolonial yang kokoh, macam rumah para mandor tebu di masa lalu. Rumah rumah yang ada di komplek pabrik gula itu eksotis menurutku. Rumah juga akan afdol dengan hadirnya beranda.. Ibarat hati dia menyisakan banyak rongga untuk diisi atau dihampiri . Hati yang selalu terbuka …
Perempuan dan higheels seperti tak terpisahkan. Rata rata perempuan selalu memiliki koleksi higheels, tak hanya terlihat apik untuk tampil di kantor atau perjamuan. Highheels juga membuat postur perempuan lebih terlihat anggun dan elegan. Begitu pula perempuan perempuan yang berprofesi sebagai public relations. Biasanya di kantor mereka menggunakan highheels tak kurang dari 4 jam dalam sehari.
Perbincangan Komunitas praktisi public relation Rabu 30 Mei 2012 ,mengambil tema ‘Be Confident with highheels, ProSolo mengupas higheels dalam berbagai prespektif. Bertempat di D’Coral Resto Solo Paragon Hotel and Residences, ketiga narasumber Dr Andri Putranto (dokter kesehatan sexual pusat Study UNS), Gunung Dewantara (owner Elmer Shoe) dan Vina Ayunda (mantan Putri Solo dan Duta wisata nasional ) berbagi pengalaman dan pengetahuan tentang highheels.
Dr Andri dengan gayanya yang menarik menyampaikan bahwa pemakaian higheels yang terus menerus akan menyebabkan kendornya payudara dan berbagai persoalan medis lainnya seperti cidera pada punggung. Berbagai tips bagi para perempuan pun diberikan agar aman dalam memakai higheels. Sementara Gunung Dewantara pemilik usaha sepatu Elmer di Solo yang sudah malang melintang di berbagai panggung peragaan seperti Indonesia Fashion Week, Jakarta Fashion Week dan sebagainya menceritakan hasil kreasi sepatu fashionnya yang telah merambah ke berbagai kalangan. Gunung selama ini mendesain dan memasarkan sepatunya sendiri, dan sepatu higheels yang paling tinggi yang pernah didesain sampai 30 cm . Harga sepatu Gunung melalu brandnya Elmer Shoe dipatok mulai dari Rp.250.000,_ sampai dengan Rp. 2.000.000,- . Sepatu sepatu ini dijual secara online.Sore itu kreasi Elmer Shoe bisa dinikmati oleh para tamu melalui shoe show yang diperagakan oleh empat model profesional
Lain Gunung lain Vina, duta wisata nasional yang juga seorang model ini menceritakan pengalamannya sebagai model yang praktis harus memakai highheels dalam setiap shownya. highheels memang membuat postur tubuh tampak anggun namun demikan perempuan perempuan juga perlu memperhatikan aspek medisnya. Pemakaian high heels juga harus dipadu padankan dengan busana dan suasana yang tepat.
An afternoon Sharing Moment ProSolo ditutup dengan farewell party aktivis ProSolo Dyah Listyarini yang juga Public Relations Manager Best Western Premier. Mbak Dyah pindah ke Semarang dan menjabat sebagai Public Relations Manager Crown Plaza. Terima kasih telah bersama sama menghidupkan komunitas ProSolo. Seolah tak rela melepasmu pergi . Terlalu banyak kenangan dan cerita. Kami hanya bisa mendoakan semoga sukses di tempat kerja yang baru. Selamat jalan sahabatku Dyah Lisytarini, engkau senantiasa ada dihati kami, gelak tawamu, canda ceriamu selalu kami rindu ..