Rabu 23 Februari 2011 saya mendapat undangan dari Harian Solopos. Undangan ini adalah yang kedua kalinya saya terima untuk menjadi pemateri acara pelatihan jurnalistik yang diselenggarakan media tersebut. Sebenarnya secara pribadi saya ingin menjadi peserta saja daripada menjadi pemateri.
Tetapi panitia menjelaskan bahwa di dalam pelatihan itu ada materi tambahan yakni mengenai manajemen krisis. Saya diminta untuk memberi materi itu. Mungkin karena profesi saya sebagai PR (public relations) yang salah satu tugasnya adalah mengatasi krisis panitia meminta saya jadi pemateri. Artinya saya diminta untuk berbagi pengalaman bagaimana menghadapi krisis.
Saya benar-benar berbagi pengalaman dengan para peserta. Suasana interaktif membuat saya justru lebih banyak mendengar pengalaman-pengalaman peserta yang sebagian besar ternyata berlatar belakang sebagai public relation atau humas. Ada yang menjadi public relation rumah sakit, institusi pendidikan, humas pemerintahan restoran bahkan ada pula anggota DPRD.
Tidak semua krisis manajemen merupakan krisis public relations. Krisis manajemen atau krisis perusahaan baru akan menjadi krisis public relations apabila krisis itu menjadi perhatian media. Peran public relations dalam penanganganan krisis ini pun menjadi sangat dominan sehingga dibutuhkan leadership yang kuat. PR menjadi dirijen dari seluruh arus komunikasi dalam mengatasi krisis.
Jaringan yang luas dari praktisi public relations sangat membantu memetakan persoalan. Kemampuan komunikasi yang prima pun diperlukan, terutama dalam membangun kesepahaman dengan berbagai pihak yang terlibat dalam krisis. Bagi saya menangani krisis itu tak sekadar ilmu melainkan seni . Apalagi kalau kita mampu mengubah krisis menjadi peluang .
Manajemen krisis memang tidak akan tuntas dalam satu sesion saja. Dengan studi kasus yang beragam menunjukkan bahwa penanganan krisis pada perusahaan membutuhkan upaya-upaya berupa manuver ataupun gerakan-gerakan yang cepat untuk mengendalikan krisis. Namun yang perlu diperhatikan adalah tahapan-tahapan dalam menangani krisis public relations harus dijalani dengan cermat. Mulai dari dari proses identifikasi masalah sampai dengan mengevaluasi hasil benar-benar harus dijalankan dengan cara yang tepat.
Praktisi public relations memang tak sekadar membutuhkan wajah yang menarik dan keramahtamahan semata. Public relation memiliki tugas berat yakni bagaimana menangani suatu krisis. Dan itu menuntut kompetensi. Oleh karena itu mari kita belajar dan terus belajar …..
Makasih sharingnya, Manajemen krisis buat Ane adalah manajemen setiap saat, Ane alami krisis ditiap detik pekerjaan
Mungkin panitia memilih ibu/mbak menjadi pemateri karna ibu mampu untuk menjadi seorang pembicara yang baik dimana ibu juga seorang public relations. Disamping itu panitia merasa ibu mempunyai pengalaman dan kemampuan bagaimana menghadapi krisis.
Saya setuju paragraf ibu yang terakhir bahwa seorang pe pablic relations tidak hanya wajah dan menarik.
Sebagai pemimpin,public relations harus bnyak”pengalamn dan harus belajar karna belajar tidak ada hentinya.
kapan-kapan mengisi lagi di solopos ya mbak