Puluhan public relations (PR) se-Solo Raya berlenggak lenggok di atas catwalk di sebuah mall malam itu. Busana bertema casual dan sporty yang dikenakan PR menghibur pengunjung mall. Sepertnya agak aneh memang, jika biasanya para PR itu berbusana formal sebagai seorang eksekutif, malam itu, mereka terlihat tampil beda dan sportif. Kami tidak sedang beralih profesi kok, tetapi sedang “menguji” kekuatan busana sebagai personal branding.
Fashion bisa menjadi penyampai pesan yang efektif. Busana adalah medium komunikasi yang paling jelas dan berpengaruh. Gaya berbusana menandakan fashion statement seseorang, bagaimana seseorang itu ingin dinilai dan dipahami.
Gaya seseorang dalam berbusana juga menunjukkan karakter yang bersangkutan. Bahkan acapkali bisa merujuk pada status sosialnya. Oleh karena itu tidak perlu heran jika banyak orang menggunakan busana bukan sekedar bergaya. Ada pesan tersembunyi yakni mempertajam positioning personal branding si pengena busana tersebut. Tentu saja hal itu sah-sah saja karena setiap individu memerlukan positioning yang pas agar berbeda dengan yang lain.
Terkadang, gaya busana yang dikenakan seseorang bisa menjadi semacam unique selling preposition (USP). Coba saja perhatikan gaya busana presiden pertama kita, Ir Sukarno yang khas itu. Atau kesan elegan di setiap busana yang dikenakan Poppy Dharsono. Semuanya jelas memberikan kekuatan personal branding tertentu pada tokoh tersebut melalui busana yang dipakainya.
Profesi, sering sangat berpengaruh terhadap pilihan busana yang hendak dipakainya. Jenis pekerjaan yang dihadapi membawa implikasi bagi kenyamanan dan jenis busana yang dikenakan. Misalnya saja, seorang public relations dan jurnalis foto tentu berbeda pilihan busana kerjanya.
Karena itu, jangan mengira gairah untuk ber-fashion ria itu hanya milik model atau sekelompok orang saja. Fashion akan berdetak mengikuti jaman tak sekedar sebagai penutup aurat saja. Ingat ungkapan orang-orang tua bijak kita, ajining raga saka busana. Raga yang dimaksud tentu bukan sekedar fisik wadaknya belaka melainkan diri seseorang secara utuh.
apa sih personal branding itu bu??????
yupzz….benar sekali
“ajining raga saka busana”…tapi ya harus pinter milih-milih tempat juga pastinya…
ya menurut saya juga begitu karena pakaian seseorang mencerminkan bagaimana perilaku orang tersebut.
misal orang yang memakai baju tidak pernah di setrika manandakan dia orangnya malas.
pakaian juga bisa mewakili pekerjaan orang,untuk suatu profesi pakaian sangat berpengaruh.
misal jika seorang manajer/pimpinan perusahaan k kantor menggunakan celana jean dengan kaos oblong,bukankah itu tidak sopan karena dalam dunia bisnis menggunakan celana jean dan kaos oblong diibaratkan dengan orang yang ‘angon sapi’ ibaratnya.
bener banget..dengan busana itu bs keliatan pribadi seseorang,sehingga orang lain juga dapet nilai kita melalui busana..
tapi yg kadang ngebuat saya prihatin..masii ada ajja orang2 yang make baju gag pada tempatnya,gag sesuai situasi dan kondisi,parahnya lagi banyak kaum hawa yg malah memanfaatkan busana bukan untuk menutup aurat tapi malah mempertontonkan atau lebih menonjolkan auratnya secara berlebihan..busana yg indah jadi bebeda dilihatnya..
FISIP D3 MA_B (D1509096)
saya setuju dengan bu Retno,bahasan yang sangat menarik untuk dibicarakan.
memang fashion jaman sekarang cepat berkembang,ada yang selalu update ada jg yg ketinggalan jaman.
banyak faktor yang mempengaruhi fashion,seperti:tuntutan profesi seseorang,gengsi,atau cerminan dari karakter seseorang,dll.
tetapi dalam budaya ketimuran kita,kita tidak perlu menunjukan yang seharusnya tidak perlu di tunjukan.
dalam hal ini,sebaiknya menjadi koreksi bagi masyarakat Indonesia dalam berbusana.
Menurut saya personal branding itu merupakan peragaan busana di atas catwalk.
Dalam peragaan itu bagi para personal branding wanita jangan sampai memakai pakaian yang terlalu ketat(seksi),hal tsb dapat berdampak negatif yaitu mengundang kontoversi pornoaksi.