Syahrini VS Krisdayanti

Di suatu pagi, sekretaris kantor saya membawa sejumlah tabloid yang sampul mukanya hampir seragam bergambar pasangan Anang dan Syahrini. Sembari membaca, terdengar gumanan “sukur KD, kapok ra kowe!!.” Saya pun terhenyak dan tiba-tiba merasa gatal untuk mencari tahu ada apa sebenarnya. Read the rest of this entry »

Mengubah Komplain Jadi Peluang

Beberapa hari ini telepon rumah saya mendapat gangguan. Saya memang memiliki telepon genggam untuk berkomunikasi. Tetapi, gangguani tu membuat saya merasa tidak nyaman juga lantaran keluarga sering memilih menghubungi saya dengan menggunakan telpon rumah. Mungkin karena nomornya hanya enam digit dan mudah diingat daripada nomor ponsel 11 angka.

Saya lantas menghubungi 147, nomor yang disediakan PT. Telkom Tbk untuk complain. Dalam hati saya sebenarnya tertawa karena setiap hari pekerjaan saya berhubungan dengan penerimaan komplain, kali ini mengajukan komplain. Menjadi public relation memang tidak bisa mengelak dari urusan komplain. Read the rest of this entry »

On Air Bareng Detektif Swasta

Pada hari Senin tanggal 2 Maret 2010 lalu, saya melakukan talkshow di Radio Prambors 99,2 FM. Sebuah radio jaringan yang ada di Kota Solo dengan segmen pendengar anak muda. Kali ini talkshow mengangkat tema, I Love My Job. Tema ringan yang sengaja dipilih dengan nara sumber yang tidak biasa.

Talkshow ini merupakan bagian dari tugas ke-PR-an yang saya emban. Pilihan menggunakan radio jaringan berdasarkan pertimbangan tertentu. Radio yang memiliki sifat lebih personal ketimbang iklan di media cetak, memudahkan bagi PR seperti saya dalam melakukan soft campaign. Read the rest of this entry »

Mem–PR–kan PR

Bukti bahwa profesi PR belum populer di banyak kalangan kembali saya  rasakan ketika saya menjadi pembicara dalam gathering yang diadakan oleh sebuah perusahaan pada hari Sabtu (6/3/2010) ini. Dari 50 peserta yang hadir tak satupun tahu apa yang dimaksud dengan public relations dan apa yang dikerjakan oleh profesi ini. Bahkan ada salah peserta menyampaikan pemahaman yang menurut saya cukup menggelikan tentang PR. Menurutnya, PR itu adalah orang (perempuan) yang bekerja menemani tamu di sebuah night club .

Masya Allah. Ternyata pemahaman mengenai profesi PR telah dipersepsikan hanya sebatas escort girl. PR sudah di-salahkaprah-kan sebagai perempuan yang bertugas menemani tamu belaka. Di night club memang escort girl yang biasa dipanggil dengan sebutan PR. Escort girl ini tidak hanya sekedar menemani tamu, tetapi  juga diharapkan mampu  meningkatkan penjualan minuman (keras) sebuah  club malam. Read the rest of this entry »

Kerlap kerlip PR di angkasa

Pemahaman tentang profesi public relations berkembang beragam di masyarakat, sebagai sebuah profesi baru PR sering belum dimengerti tugas dan fungsinya bahkan oleh perusahaan yang meng – hire – nya. Ironis memang, karena banyak perusahaan yang hanya menempatkan PR sebagai divisi pelengkap dan bukan sebagai alat strategis perusahaan yang mampu mendorong perusahaan untuk mencapai goal nya.

Image profesi PR yang sarat dengan  tampilan klimis, senyum manis dan basa basi nan  wangi  rupanya lebih mendominasi pikiran  orang  daripada jenis pekerjaan yang harus ditangani oleh mereka yang  berkiprah  di bidang ini secara serius.

Meningkatnya minat terhadap jenis pekerjaan dan bidang ilmu ini ditandai dengan meluapnya animo anak muda yang ingin mempelajari disiplin ilmu ini. Jurusan public relation menjadi salah satu jurusan  favorit. Sayangnya tingginya minat tidak dibarengi dengan pemahaman yang utuh terhadap profesi ini. Sebagian mahasiswa baru yang masuk jurusan ini belum mengerti apa yang menjadi job diskription seorang praktisi PR. Selain hanya sebagai juru bicara perusahaan yang seringkali berpenampilan keren  dan memiliki keramahan extra. Pekerjaan PR  digambarkan sedemikian absurd dengan hasil kinerja yang  sulit untuk  diukur.

PR dalam definisi sederhananya adalah suatu profesi yang mampu menjadi jembatan antara perusahaan dan khalayaknya. Adapun target dan upaya yang dirancang  adalah untuk membangun kesepahaman dengan stakeholder perusahaan baik internal dan external. Idealnya seorang public relation harus mampu menjadi dinamisator, katalisator dan mediato . Profesi ini menuntut integritas yang tinggi bagi pelakunya, karena sebagai juru bicara perusahaan PR, seorang public relations harus mampu menjaga kredibilitas ucapannya.  Bukan seberapa sering seorang public relations tampil di media tapi jauh  lebih penting adalah bagaimana mereka mampu mempertanggungjawabkan  dampak dari exposure tersebut yang   bermuara kepada image positip perusahaan yg diwakilinya.

Jam terbang seorang PR juga akan  diuji pada saat perusahaan mengalami krisis, manuver, lobby, jaringan, kemampuan komunikasi serta pengelolaan emosi seorang pr akan menentukan keberhasilan sebuah perusahaan melewati saat saat  krisis. PR tak hanya harus mampu meyakinkan public externalnya tapi juga memiliki bargaining position yang kuat terhadap public internalnya agar memiliki komitmen yang tinggi  dalam menyelesaikan permasalahan yang melanda perusahaan. PR menjadi garda terdepan dalam mengawal krisis perusahaan, demi merubah krisis menjadi peluang.

Last but not least Wajah dari perusahaan tampak pada PR nya, jadi sungguh riskan menyerahkan profesi ini kepada mereka yang hanya mengandalkan penampilan tanpa mempertimbangkan perilaku dan kecerdasannya.

So, tertantang untuk jadi PR ? Monggo..